
Islam Makhachev kini menjelma menjadi salah satu petarung paling dominan dan diakui di UFC. Setelah lebih dari satu dekade berkompetisi dan mendominasi oktagon, tidak mengherankan banyak yang memprediksi petarung asal Rusia ini akan menaklukkan divisi baru. Namun, di balik rentetan kemenangan impresifnya, terdapat satu kekalahan yang membekas: sebuah KO mengejutkan dari Adriano Martins di awal kariernya.
Kekalahan tersebut terjadi pada pertarungan keduanya di UFC 192. Kurang dari dua menit ronde pertama berjalan, Makhachev yang saat itu masih muda menerima pukulan overhand right telak dari Martins yang lebih berpengalaman. Pukulan tersebut menjatuhkannya dan memaksa wasit menghentikan pertandingan lebih awal, mencatatkan KO pertama dan satu-satunya bagi Makhachev di UFC.
Sebelum bergabung dengan UFC, Makhachev dikenal sebagai grappler berbakat yang mendominasi kompetisi regional di Rusia. Ia kemudian berlatih di American Kickboxing Academy (AKA) untuk meningkatkan kemampuan striking-nya. Dalam pertarungan melawan Martins, Makhachev yang berusia 23 tahun tampak ingin menunjukkan perkembangan striking-nya. Ia sempat lolos dari kuncian dan melancarkan serangkaian pukulan kiri, namun semuanya berhasil diantisipasi Martins.
Martins sendiri menerima pertarungan dengan pemberitahuan singkat dan mengakui minimnya informasi tentang lawannya yang disebut sebagai prospek menjanjikan dan sembilan tahun lebih muda darinya. Ketidaktahuan tersebut justru menjadi keuntungan bagi petarung Brasil tersebut.
Alih-alih menggunakan gulat yang menjadi ciri khasnya, Makhachev terpancing untuk bertukar pukulan, seolah ingin menyelesaikan pertarungan dengan cepat lewat striking. Situasi ini sempat membuat tim Makhachev terdengar memohon agar ia memperlambat tempo dan lebih sabar, tetapi saran tersebut tidak dihiraukannya. Sebuah pukulan kiri dari Makhachev malah membuka celah bagi Martins untuk melancarkan serangan balik dengan counter right hand yang sempurna, memaksa wasit menghentikan laga.
Kekalahan KO yang telak ini tentu bisa meruntuhkan mental seorang petarung muda, namun Islam Makhachev justru menunjukkan mentalitas baja. Sejak kekalahan itu, arah kariernya berubah drastis. Sementara Adriano Martins kesulitan meraih kemenangan hingga Maret 2024 (hampir sembilan tahun kemudian), Makhachev malah menjelma menjadi penguasa divisi kelas ringan UFC.
Ia terus mendominasi dan mengalahkan nama-nama besar seperti Charles Oliveira, Dustin Poirier, dan Alexander Volkanovski. Kekalahan dari Martins seolah menjadi pelajaran berharga yang memacunya untuk terus berkembang. Ia tidak hanya mengasah kemampuan striking-nya, tetapi juga memadukannya dengan gulat kelas dunia, hingga akhirnya berhasil mencapai puncak dan menjadi petarung pound-for-pound nomor satu di UFC.
Satu noda di rekornya justru menjadi katalisator bagi dominasi tak terbendung Islam Makhachev.