Liga tinju bergaya UFC ala Dana White berpotensi menciptakan karier singkat dan kompetisi terbatas bagi para petinju. Dana White mengungkapkan rencananya dalam menjalankan liga tinju TKO yang dirintis bersama Turki Alalshikh. Ia menegaskan akan membangun liga ini dari nol, menggunakan model UFC sebagai cetak biru untuk kesuksesan.
White berencana merekrut petinju dan mengeliminasi lima badan tinju resmi yang berbeda, menggantinya dengan satu badan resmi untuk liga ini. Namun, menciptakan monopoli dalam dunia tinju bukanlah hal yang mudah. Sistem semacam ini tidak berhasil di bisnis lain dan kemungkinan besar tidak akan berhasil dalam tinju.
Kompetisi Ketat, Karier Petinju Terancam Singkat
Petinju yang tidak tergabung dalam liga ini tetap bisa bertarung di DAZN atau bergabung dengan promotor besar yang saat ini mendominasi olahraga tinju. Namun, bagi mereka yang masuk ke liga Dana White, kompetisi akan lebih ketat. Pertarungan yang berulang kali menghadapkan petinju terbaik dengan yang terbaik dapat memperpendek karier mereka.
Bayangkan skenario di mana David Benavidez dan David Morrell harus bertarung empat hingga lima kali dalam sistem liga ini. Hukuman fisik yang mereka terima jauh lebih berat dibandingkan UFC, sehingga memperpendek umur karier mereka. Ini memang menghibur bagi penonton, tetapi menjadi mimpi buruk bagi petinju yang harus menjalani pertarungan berat terus-menerus.
Liga Terbatas, Bukan yang Terbaik di Dunia
White menegaskan bahwa liga ini akan menghadirkan pertarungan hebat tanpa menuntut rekor tak terkalahkan. “Orang-orang ingin melihat pertarungan yang hebat. Tinju telah menjadi olahraga di mana Anda harus tak terkalahkan agar orang-orang peduli. Itu semua akan berubah,” ujar White kepada ESPN First Take.
Namun, jika petinju yang masuk ke liga ini hanya bertarung dengan petinju lain di dalamnya, bagaimana mereka bisa membuktikan diri sebagai yang terbaik di dunia? Yang mereka buktikan hanyalah bahwa mereka adalah yang terbaik dalam lingkup liga tersebut, yang jumlah pesertanya terbatas.
Turki Alalshikh tampaknya memiliki pendekatan yang lebih efektif saat ini, yaitu dengan memilih petarung hebat, mengontrak mereka dalam jangka pendek, dan menyiapkan pertarungan menarik. Tidak perlu liga yang terisolasi untuk menciptakan duel hebat.
Model Liga yang Tidak Sepenuhnya Efektif
White membandingkan model ini dengan sistem UFC di awal pendiriannya. “Kami mulai dengan 12 petarung, dan lima besar tidak dapat disangkal sebagai yang terbaik di dunia,” ujarnya. Namun, bagaimana mungkin lima besar dalam liga kecil bisa disebut terbaik di dunia? Mereka hanya yang terbaik dalam liga tersebut, bukan dalam skala global.
Saat ini, dunia tinju sudah terbagi dalam beberapa promotor besar seperti Top Rank, Matchroom, Golden Boy, dan PBC. Mereka mengatur pertarungan dalam lingkup mereka sendiri. Liga baru Dana White dan Turki tidak jauh berbeda, hanya saja didukung oleh dana lebih besar. Namun, jika mereka hanya bertarung dalam lingkup terbatas, daya tariknya tidak akan sebesar yang diharapkan.